mejanya memang tertata rapi karena take view nya untuk dokumen .. viewer maunya take yang sempurna agar kelihatan rapi dan indah . perpustakaan SD Negeri 03 jetis ini 50 persen dari siswa senang berkunjung untuk meminjam atau sekedar membaca koleksi yang tertata di rak. ini anak kelas 2 dan kelas enam. jika istirahat sebagian dari mereka asyik lesehan di karpet hijau dengan meja duduk warna cokelat...
Menggerakan budaya baca untuk mencerdaskan generasi BANGSA, melatih keterampilan dan mengembangkan minat baca dengan konteks banyak kata. tulisan cetak mempertajam fungsi otak. SELAMAT DATANG DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 03 JETIS, JATEN KAB. KARANGANYAR
Jumat, 15 Maret 2013
come ON...!!! manfaatkan waktu luang guna membaca
jam olahraga
seNamku seminggu sekali
Ini
adalah salah satu kebiasaan dari kawan Guru disekolahku. Selalu datang
terlambat (entah ada kepentingan atau tidak) yang Jelas kawan Guru kami sudah menyalahi aturan.
Aturan sekolaH aturan Negara. Dengan
rokok menyempil di sela-sela jarinya ,tanpa Beban di depan siswa. Sedikit tak
setuju dengan itu .Kebiasaan yang saben hari tak bisa dihilangkan. Membersihkan
lingkungan sebelum menerima materi itu dilakukan hampir setiap hari dari pojok
sekolah hingga ujung-ujungnya. Banyak siswa yang mengeluh hal itu terhadapku ,
tapi apa boleh buat ! sugestinya pasti tak berpengaruh besar terhadap rekan
guru. Aku hanya bisa memberi kekuatan kata pada para peserta didikku agar tetap
krasan dan tidak mengeluhkan akan kejadian rutin yang dikerjakanya seminggu
sekali ini. Berjajar dari ujung kulon sampai ujung etan duduk jongkok sambil
memungut sampah. Sebagian lagi ada yang menggotong Tong sampah,sebagian besar
menjumputi rontokan-rontokan daun dari pohon beringin besar yang tumbuh
ditengah halaman sekolah.
“Ya….malas-malasan
jika di beginikan “ Ujar Salah Satu dari mereka “,,” Kita ini Mau
sekolah,,pak,,, Bukan ambilin sampah “ sebagian Lagi ada yang bergurau dengan
“Pemulung dilarang masuk…. !!“ Ayo Kerja !kerja! Kerja! Haaa…haaa…haaaa…
Pemanasan
seperti ini sebelum senam pagi dimulai, IKhsan …Menyangking ember dan berputar
mengelilingi halaman untuk mewadahi batu batu yang berserakan di halaman
kemudian di usungnya kebelakang sekolah, dengan kucuran keringat di dahinya
tetap menundukan kepatuhanya pada sang guru. Tak berbeda ini adalah minggu ke
berapa. Kali ini,gerombolan puspita cs. Berkumpul di depan kelas 1 sambil
bergumam karena tidak menyukai akan hal seperti ini .Mungkin mereka merasa
bosan jika setiap minggunya harus ada hari
menjumputi sampah yang seharusnya menjadi tanggungjawab semua warga
sekolah. Bukan rutinitas yang mereka harapkan. Sesekalipun tidak apa. Tapi
ini,dikategorikan setiap minggu. Bertiga
kawan; puspita,lutfiah juga rizka sambil terpontet-pontet mereka lari tergesa
gesa dan sekejap menengok ke meja ku
seraya berkata
“ sembunyi yaa.. Pak….”
Lucu
memang mereka. Selang sehari setelah kawan bertiga kelas lima . Ini adalah lantunan dari Via peserta
didiku yang duduk dibangku kelas tiga. Begitu aku keluar dari ruangan langsung
menyambarku dengan ucapan
“ Pak Buatkan saya surat kaleng,,, “
aku
tertegun heran . dalam benaku ( siapa yang memberi tahu dia tentang surat kaleng?,buat apa surat kaleng nantinya? ) padahal teman yang
lain sedang bersih kukuh memungut puing-puing bebatuan di halaman yang penuh
debu selanjutnya diusung ke teras belakang sekolah. Satu jam pelajaran mereka
merasa tidak nyaman dengan rutinitas ini. Ternyata bukan satu atau dua anak
saja yang bergumam tetapi hampir semua
berdesik atas pengalamanya di bangku sekolah dasar. Kenapa ini terus
berlangsung selama hampir dua tahun
kegiatan tidak juga rampung. Awal kelas dua si Ali sambil menenteng keranjang
sampah seraya berucap
“Sampahnya
bu,,,,,, sampah,,, sampah “
bak pembeli rongsok yang biasa keliling dari
kampung ke kampung. Setelah hasil rapat minggu kemarin sebenarnya acara seperti
ini hanya di idzinkan berdurasi 10 menit. Tapi ternyata pelanggaran terhadap
tempo terlalu banyak hingga tiga kali lipat . Nampak raut wajah dari anggun dan
dita yang tepat di depan pintu perpustakaan menjuputi sampah, tak ada wajah
gembira sedikitpun yang terpancar dari selongsong pipinya, hanya pasrah mungkin
karena ketakutan dengan suara yang sedikit nadanya rada keras. Memandangnya
saja aku tak krasan, Melihat mereka selalu tertahan bagai pekerja dalam komponen resmi, di hari ke sembilan di
bulan oktober 2012 , Herannya lagi seorang pemimpin yang jelas melihat anak
didik tingkat lima
tidak menegur padahal ini bukan masuk
dalam etika pendidikan. Berpencar kesemua halaman sekolah mendapat bagian
masing-masing. Dan, begitu peluit disebul
“Priiiiiiiiiiiiiitttt……………..”
eh disebul….disebul….. cepet ayo!! “
bergegas Hana
Meisya memberi aba -aba kepada rekannya agar
berbondong kumpul satu blok di halaman. Mereka bagai permainan Zombie
yang siap di serbu olah kalangan lawan . muter kesana kemari untuk kerja
bhakti. Halaman Belakang rampung .
.” Ayo !! Saiki
pindah ngusungi pasir ko ngarepan,,” ujar sang penguasa.
Gerombolan sekolah pemungut sampah akan terus
berlangsung ,di hari rabu , jam awal adalah untuk kelas tiga , dengan sendiri
tanpa disuruhpun mereka sudah menempatkan diri untuk posisi sebagai Pembersih
halaman.
“Ayo ndang
diresiki, engko ndang olahraga “ ujar salah satu darinya terdengar dari balik
jendela.
Padahal waktu
itu sang Guru belum tiba meski bel tanda
sudah dipencet tiga kali. Jam
senam pagi selalu diawali dengan pemanasan puing-puing kotoran di halaman.
Tidak ada seneng-senengnya mereka jika ada jam pelajaran ini, selalu diawali
dengan males-malesan. Wajar memang jika mereka harus males, karena ini setiap
pagi .Pernah suatu siang aku sengaja mendekati salah satu peserta didiku dan
sambil berbisik aku Tanya dia,
“Kamu suka jika
jam pelajaran disuruh begini(mengumpulkan kerikil di belakang PSB )”.
Kulihat persis
di raut wajahnya , tanpa jawaban dia hanya tersenyum . mungkin tidak berani
menjawab. Sementara waktu instruksi
disudahi, aku juga mengakhiri perbincanganku dengan anak didik yang masih duduk
di bangku lima
ini. Agung Riyadi bocah pendiam, sedikit lebih pendek dari teman-temanya dan
berkulit coklat. Meski tidak juara satu dia masuk kategori anak penurut. Durasi
10 menit disini memang lama..//. Lagi,
lagi dan lagi…. Kali ini berulah lagi dan ini jelas-jelas salah!! Pelajaran
PKNku tergantikan dengan kerja Rodi. Muhammad Abidzar, Alif Nuril,Agung
Riyadi, Aswin, Lippo juga kawan Lima lainya. Pelajaran
kali ini di perdaya dengan memunggut kerikil juga sampah dan mewadahkan dalam ember. Sayangnya wali
kelas kami juga mengijinkan. Parah jika
seperti ini, gedek benar dihati. Seandainya ku kepala penguasa teguran
langsung kutegakan. Mengerikan memang disini sebenarnya mau belajar atau mau
apa kesekolah,,,?? bahkan ini lebih kasar dari pada jambakan atau “njewer “
telinga. Dengan kaca mata bulat besar dan rokok menyempil di sela jarinya ,
memberi instruksi dan meladeni. Yang ini
adalah barisan Enam, pasukan berjajar menghadap keselatan dan mulailah duduk
jongkok sambil berjalan,mata mengawasi sampah-sampah yang bertebaran dan kedua
tanganpun harus sigap menjumputi. Begitu jam istirahat, Ananda Risa :
“Kebiasaan
seperti ini tak akan pernah berakhir hingga aku lulus kali, ya pak…. “
“La iya tha
pak….” Imbuh Anggita
“ masak sekolah
suruh kerja ambilin sampah terus?”
jawaban senyum
hanya bisa kulontarkan, Semakin memperparah keadaan jika selamanya terus
seperti ini. Tak bisa memahami arti pendidikan. Jika hal semacam ini disebut
pendidikan, maka sejatinya bahan kepuasan bathin akan cita cita belum
terpuaskan. Yang jelas mereka tidak terlalu suka dengan kebiasaan ini,… Mungkin
sebagian dari mereka menahan marah dalam hati, sambil mengeduk-gedukan ember
seraya ingin membantingnya, mengambil pungutan sampah tak akan pernah ada
ujungnya.
Muhammad irfani peserta didik tingkat Empat mengangkat dan memboyong kerikil kerikil
dalam ember bekas cat untuk dibawa ke belakang sekolah. Teriakan gaduh dan
gembremenganpun nyaris tak berhenti sepanjang mondar-mandir. Tapi berbeda untuk
minggu berikutnya ,Alkhamdulillah….. hari ini pak guru olahraga tidak masuk.
Dan bu wali kelas yang mengajar,, aku baru melihat kali ini mereka bisa
benar-benar senang dengan olahraga. Bermain ularnaga juga kucing-kucingan,
teriakan-teriakan darinya membawa semangat baru. ikut senang melihat mereka begitu antusias
menikmati permainan olahraga ini. Tapi seminggu kemudian berbeda lagi karena
minggu kemarin pak gurunya absent kali ini di depan meja peserta didiku tingkat empat mendatangiku.
Empat bocah ini mengatakan hal yang serupa
“ Pak.. pak…
Masak olahraga suruh ngambilin sampah terus,, aku males pak” ungkap rifki
“ masak olahraga
seperti ini terus, tidak diajarin apa-apa, hanya ngambilin sampah lalu setelah
capek suruh bebas. Terus Kenapa tha pak, pak guru itu ngomongnya keras baget .
akukan jadinya takut “ imbuh Ervan melengkapi pernyataan temanya. Kalau begini
aku pengen gag masuk saja,
“ keras
bagaimana tho van,,? “ penasaranku ingin mengungkap lebih dari apa yang
dirasakan murid.
“ ya,,, keras begitu pak, kalau ngomong itu
lho pak,, “ sambil memasang wajah aneh dia juga nampak takut dengan peraduan
ini. Entah kenapa mungkin dia berpikiran
aku akan melaporkan kejadian ini. Belum selesai peraduan mereka ,sang guru
sudah meneriakan untuk segera berkumpul .
“tu kan pak,,,,!”
Selang beberapa
menit dikira olahraga dimulai. Tapi ternyata tidak … membawa ember bekas cat
satu persatu . semua diarahkan dengan posisi masing-masing. Memundak ember
dengan isi timbunan pasir disamping kantin untuk di bawa ke belakang
sekolah.mungkin tak akan pernah ada ujungnya boyongan sana sini.
Meski banyak wali murid yang melihat nampaknya sang guru tidak
memperdulikan . Nampak satu wali murid
yang duduk diteras kelas satu yang melihat memberi himbauan
“sudah
sedikit-sedikit saja nanti keberatan “
“enggak og,
nanti dimarahin pak guru” terdengan jawaban dari balik jendela.
“ nanti kalau
capek, mengeluh dan tidak mau TPA? “
Tanpa menjawab
mereka terus bersemangat mengangkat puing-puing batu untuk dipindah. Menjelang
istirahat kedua ervan kembali menyapaku dan mengadu soal pelajaran olahraganya
“Tu kan pak, beneran bapak lihat sendiri ,aku itu tidak bisa,
aku bisanya seperti ini ( sambil mempraktekan gaya kayangnya), nanti kalau aku tidak ikut
aku ya tidak dapat nilai?“
Hanya lontaran
senyum jawabanku. Tidak mudah memang memberi pengertian bahwa ulah pak gurunya
kurang tepat sasaran. Kulihat dia terus berjalan memutar dan keluar pintu.
Sesekali sambil menengok dan memberi semangat pada dirinya sendiri.
“pokoknya semangat Ya Pak..!!”
Kuacungkan
jempol dan lemparan senyum ramahku
“semangat!!
Semangat !!!” ervan memngulanginya dengan genggaman kepalan tanganya yang
gendhut.
Langganan:
Postingan (Atom)