Jumat, 15 Maret 2013

jam olahraga


                                                     
            seNamku seminggu sekali
Ini adalah salah satu kebiasaan dari kawan Guru disekolahku. Selalu datang terlambat (entah ada kepentingan atau tidak) yang Jelas  kawan Guru kami sudah menyalahi aturan. Aturan  sekolaH aturan Negara. Dengan rokok menyempil di sela-sela jarinya ,tanpa Beban di depan siswa. Sedikit tak setuju dengan itu .Kebiasaan yang saben hari tak bisa dihilangkan. Membersihkan lingkungan sebelum menerima materi itu dilakukan hampir setiap hari dari pojok sekolah hingga ujung-ujungnya. Banyak siswa yang mengeluh hal itu terhadapku , tapi apa boleh buat ! sugestinya pasti tak berpengaruh besar terhadap rekan guru. Aku hanya bisa memberi kekuatan kata pada para peserta didikku agar tetap krasan dan tidak mengeluhkan akan kejadian rutin yang dikerjakanya seminggu sekali ini. Berjajar dari ujung kulon sampai ujung etan duduk jongkok sambil memungut sampah. Sebagian lagi ada yang menggotong Tong sampah,sebagian besar menjumputi rontokan-rontokan daun dari pohon beringin besar yang tumbuh ditengah halaman sekolah.
“Ya….malas-malasan jika di beginikan “ Ujar Salah Satu dari mereka “,,” Kita ini Mau sekolah,,pak,,, Bukan ambilin sampah “ sebagian Lagi ada yang bergurau dengan “Pemulung dilarang masuk…. !!“ Ayo Kerja !kerja! Kerja! Haaa…haaa…haaaa…
Pemanasan seperti ini sebelum senam pagi dimulai, IKhsan …Menyangking ember dan berputar mengelilingi halaman untuk mewadahi batu batu yang berserakan di halaman kemudian di usungnya kebelakang sekolah, dengan kucuran keringat di dahinya tetap menundukan kepatuhanya pada sang guru. Tak berbeda ini adalah minggu ke berapa. Kali ini,gerombolan puspita cs. Berkumpul di depan kelas 1 sambil bergumam karena tidak menyukai akan hal seperti ini .Mungkin mereka merasa bosan jika setiap minggunya harus ada hari  menjumputi sampah yang seharusnya menjadi tanggungjawab semua warga sekolah. Bukan rutinitas yang mereka harapkan. Sesekalipun tidak apa. Tapi ini,dikategorikan  setiap minggu. Bertiga kawan; puspita,lutfiah juga rizka sambil terpontet-pontet mereka lari tergesa gesa dan  sekejap menengok ke meja ku seraya  berkata
 “ sembunyi yaa.. Pak….”
Lucu memang mereka. Selang sehari setelah kawan bertiga kelas lima . Ini adalah lantunan dari Via peserta didiku yang duduk dibangku kelas tiga. Begitu aku keluar dari ruangan langsung menyambarku dengan ucapan
 “ Pak Buatkan saya surat kaleng,,, “
aku tertegun heran . dalam benaku ( siapa yang memberi tahu dia tentang surat kaleng?,buat apa surat kaleng nantinya? ) padahal teman yang lain sedang bersih kukuh memungut puing-puing bebatuan di halaman yang penuh debu selanjutnya diusung ke teras belakang sekolah. Satu jam pelajaran mereka merasa tidak nyaman dengan rutinitas ini. Ternyata bukan satu atau dua anak saja yang bergumam  tetapi hampir semua berdesik atas pengalamanya di bangku sekolah dasar. Kenapa ini terus berlangsung  selama hampir dua tahun kegiatan tidak juga rampung. Awal kelas dua si Ali sambil menenteng keranjang sampah seraya berucap
“Sampahnya bu,,,,,, sampah,,, sampah “
 bak pembeli rongsok yang biasa keliling dari kampung ke kampung. Setelah hasil rapat minggu kemarin sebenarnya acara seperti ini hanya di idzinkan berdurasi 10 menit. Tapi ternyata pelanggaran terhadap tempo terlalu banyak hingga tiga kali lipat . Nampak raut wajah dari anggun dan dita yang tepat di depan pintu perpustakaan menjuputi sampah, tak ada wajah gembira sedikitpun yang terpancar dari selongsong pipinya, hanya pasrah mungkin karena ketakutan dengan suara yang sedikit nadanya rada keras. Memandangnya saja aku tak krasan, Melihat mereka selalu tertahan bagai pekerja  dalam komponen resmi, di hari ke sembilan di bulan oktober 2012 , Herannya lagi seorang pemimpin yang jelas melihat anak didik tingkat lima tidak  menegur padahal ini bukan masuk dalam etika pendidikan. Berpencar kesemua halaman sekolah mendapat bagian masing-masing. Dan, begitu peluit disebul
“Priiiiiiiiiiiiiitttt……………..” eh disebul….disebul….. cepet ayo!! “
bergegas Hana Meisya memberi aba -aba kepada rekannya agar  berbondong kumpul satu blok di halaman. Mereka bagai permainan Zombie yang siap di serbu olah kalangan lawan . muter kesana kemari untuk kerja bhakti. Halaman Belakang rampung .
.” Ayo !! Saiki pindah ngusungi pasir ko ngarepan,,” ujar sang penguasa.
 Gerombolan sekolah pemungut sampah akan terus berlangsung ,di hari rabu , jam awal adalah untuk kelas tiga , dengan sendiri tanpa disuruhpun mereka sudah menempatkan diri untuk posisi sebagai Pembersih halaman.
“Ayo ndang diresiki, engko ndang olahraga “ ujar salah satu darinya terdengar dari balik jendela.
Padahal waktu itu sang Guru belum tiba meski bel tanda  sudah dipencet tiga kali.  Jam senam pagi selalu diawali dengan pemanasan puing-puing kotoran di halaman. Tidak ada seneng-senengnya mereka jika ada jam pelajaran ini, selalu diawali dengan males-malesan. Wajar memang jika mereka harus males, karena ini setiap pagi .Pernah suatu siang aku sengaja mendekati salah satu peserta didiku dan sambil berbisik aku Tanya dia,
“Kamu suka jika jam pelajaran disuruh begini(mengumpulkan kerikil di belakang PSB )”.
Kulihat persis di raut wajahnya , tanpa jawaban dia hanya tersenyum . mungkin tidak berani menjawab. Sementara waktu  instruksi disudahi, aku juga mengakhiri perbincanganku dengan anak didik yang masih duduk di bangku lima ini. Agung Riyadi bocah pendiam, sedikit lebih pendek dari teman-temanya dan berkulit coklat. Meski tidak juara satu dia masuk kategori anak penurut. Durasi 10 menit  disini memang lama..//. Lagi, lagi dan lagi…. Kali ini berulah lagi dan ini jelas-jelas salah!! Pelajaran PKNku tergantikan dengan kerja Rodi. Muhammad Abidzar, Alif Nuril,Agung Riyadi,  Aswin, Lippo juga kawan Lima lainya. Pelajaran kali ini di perdaya dengan memunggut kerikil juga sampah  dan mewadahkan dalam ember. Sayangnya wali kelas kami juga mengijinkan. Parah jika  seperti ini, gedek benar dihati. Seandainya ku kepala penguasa teguran langsung kutegakan. Mengerikan memang disini sebenarnya mau belajar atau mau apa kesekolah,,,?? bahkan ini lebih kasar dari pada jambakan atau “njewer “ telinga. Dengan kaca mata bulat besar dan rokok menyempil di sela jarinya , memberi instruksi dan  meladeni. Yang ini adalah barisan Enam, pasukan berjajar menghadap keselatan dan mulailah duduk jongkok sambil berjalan,mata mengawasi sampah-sampah yang bertebaran dan kedua tanganpun harus sigap menjumputi. Begitu jam istirahat, Ananda Risa :
“Kebiasaan seperti ini tak akan pernah berakhir hingga aku lulus kali, ya pak…. “
“La iya tha pak….” Imbuh Anggita
“ masak sekolah suruh kerja ambilin sampah terus?”
jawaban senyum hanya bisa kulontarkan, Semakin memperparah keadaan jika selamanya terus seperti ini. Tak bisa memahami arti pendidikan. Jika hal semacam ini disebut pendidikan, maka sejatinya bahan kepuasan bathin akan cita cita belum terpuaskan. Yang jelas mereka tidak terlalu suka dengan kebiasaan ini,… Mungkin sebagian dari mereka menahan marah dalam hati, sambil mengeduk-gedukan ember seraya ingin membantingnya, mengambil pungutan sampah tak akan pernah ada ujungnya.
 Muhammad irfani  peserta didik tingkat Empat  mengangkat dan memboyong kerikil kerikil dalam ember bekas cat untuk dibawa ke belakang sekolah. Teriakan gaduh dan gembremenganpun nyaris tak berhenti sepanjang mondar-mandir. Tapi berbeda untuk minggu berikutnya ,Alkhamdulillah….. hari ini pak guru olahraga tidak masuk. Dan bu wali kelas yang mengajar,, aku baru melihat kali ini mereka bisa benar-benar senang dengan olahraga. Bermain ularnaga juga kucing-kucingan, teriakan-teriakan darinya membawa semangat baru.  ikut senang melihat mereka begitu antusias menikmati permainan olahraga ini. Tapi seminggu kemudian berbeda lagi karena minggu kemarin pak gurunya absent kali ini di depan meja  peserta didiku tingkat empat mendatangiku. Empat bocah ini mengatakan hal yang serupa
“ Pak.. pak… Masak olahraga suruh ngambilin sampah terus,, aku males pak” ungkap rifki
“ masak olahraga seperti ini terus, tidak diajarin apa-apa, hanya ngambilin sampah lalu setelah capek suruh bebas. Terus Kenapa tha pak, pak guru itu ngomongnya keras baget . akukan jadinya takut “ imbuh Ervan melengkapi pernyataan temanya. Kalau begini aku pengen gag masuk saja,
“ keras bagaimana tho van,,? “ penasaranku ingin mengungkap lebih dari apa yang dirasakan murid.
 “ ya,,, keras begitu pak, kalau ngomong itu lho pak,, “ sambil memasang wajah aneh dia juga nampak takut dengan peraduan ini.  Entah kenapa mungkin dia berpikiran aku akan melaporkan kejadian ini. Belum selesai peraduan mereka ,sang guru sudah  meneriakan  untuk segera berkumpul .
“tu kan pak,,,,!”
Selang beberapa menit dikira olahraga dimulai. Tapi ternyata tidak … membawa ember bekas cat satu persatu . semua diarahkan dengan posisi masing-masing. Memundak ember dengan isi timbunan pasir disamping kantin untuk di bawa ke belakang sekolah.mungkin tak akan pernah ada ujungnya boyongan sana sini.  Meski banyak wali murid yang melihat nampaknya sang guru tidak memperdulikan . Nampak satu wali murid  yang duduk diteras kelas satu yang melihat memberi himbauan
“sudah sedikit-sedikit saja nanti keberatan “
“enggak og, nanti dimarahin pak guru” terdengan jawaban dari balik jendela.
“ nanti kalau capek, mengeluh dan tidak mau TPA? “
Tanpa menjawab mereka terus bersemangat mengangkat puing-puing batu untuk dipindah. Menjelang istirahat kedua ervan kembali menyapaku dan mengadu soal pelajaran olahraganya
“Tu kan pak, beneran bapak lihat sendiri ,aku itu tidak bisa, aku bisanya seperti ini ( sambil mempraktekan gaya kayangnya), nanti kalau aku tidak ikut aku ya tidak dapat nilai?“
Hanya lontaran senyum jawabanku. Tidak mudah memang memberi pengertian bahwa ulah pak gurunya kurang tepat sasaran. Kulihat dia terus berjalan memutar dan keluar pintu. Sesekali sambil menengok dan memberi semangat pada dirinya sendiri.
 “pokoknya semangat Ya Pak..!!”
Kuacungkan jempol dan lemparan senyum ramahku
“semangat!! Semangat !!!” ervan memngulanginya dengan genggaman kepalan tanganya yang gendhut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar