Rabu, 12 Juni 2013

Ervan Kurniawan

Disela jam olahraga karena seragamnya hilang saat jeda semester satu, Ervan selalu membolos pada saat jam pelajaran olahraga. Berpindah ke perpustakaan sekedar membaca buku dan bercerita tentang kisahnya sebagai anak mandiri dari enam bersaudara. Ervan Kurniawan masih duduk di bangku IV pendidikan dasar. Sikapnya sudah lebih dewasa dibanding anak sebayanya, menasehati temanya yang nakal adalah tindakan yang berbeda untuk anak seusia 9 tahun. Sempat, dikala itu ia membagi  cerita , bagaimana ia sangat senang bisa sekolah di sd negeri 03 jetis. Dengan lancar ia mejelaskan secara runtut dimana letak sekolah favoritnya dalam videocam. Dua tahun silam sewaktu kelas dua ia sempat untuk beberapa minggu pindah ke pelataran jogja  sekolah disana, tapi rasa tidak krasan membuatnya ia harus kembali. Bergabung dengan teman –temanya membuatnya sangat senang . men-favoritkan hampir semua mata pelajaran, bocah bertubuh gemuk ini harus membagi waktu di setiap harinya. Sepulang sekolah harus  menjadwalkan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah lanjut disambung ke TPA (tempat Pengajian Alquran ), hari-harinya sudah ia jadwalkan. Tidak hanya pinter membagi waktu iapun sangat mahir menyisihkan uang saku untu dikumpulkan dalam kaleng bekas. Hal itu ia gunakan untuk uang saku hari berikutnya atau saat ia menginginkan sesuatu, baru ia membongkar  tabunganya. Ia paham betul apa yang dialami bapak ibunya sebagai karyawan pabrik . terkadang jika hari libur bapak ibunya mengajak ia ke pabrik kaena orangtuanya dalam satu pabrik. Dengan sangat tererinci ia menjelaskan pekerjaan sang Bapak dan Ibu di dalam pabrik.
“kalau Bapakku itu pak,di bagian mesin memproduksi  besi-besi kecil itu lho pak, apa namaya ya,,?”
“Baut?”
“iya,,lupa aku,, tapi ukuranya sedikit lebih besar pak, kalau sama bapak saya hanya boleh lihat tidak boleh membantu. Tapi kalau sama ibu bisa pak,, aku seneng bisa membantu.” Tambahnya
Di pabrik ibunya berada di posisi pengecekan bahan yang masih berbentuk bal-bal gede, sebelum di jadikan kain dan diahit jadi barang eksport. Rasa empatinya begitu besar terhadap kedua orangtuanya. Tidak hanya itu di sekolahpun empati itu juga ia tunjukan pada temanya saat ia di jahili teman lainya. Selalu ia jadi penengah disaat sebuah pertengkaran terjadi.
#sekian ya van,yang hanya bisa di muat. Tetap rajin belajar, patuh pada orang tua dan tak boleh kebanyakan main internet..heheehhe..pak sugeng selalu siap jadi teman cerita #
~~ceita si ervan yang ingin  di muat di blog perpustakaan ~~~

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar