“mas Tolong ridwan
sakit dadanya sesak , tolong diantarkan pulang ya “ dibalik pintu perpustakaan
guru agama meminta bantuanku.
“o…. geh bu,,, “ sanggupku
Berjalan kami berdua menuju ruang kelas IV. Terlihhat semua
anak daam kelas mengerumuni meja tengah dari depan nomor tiga itu. Bereka bejubel untuk melihat ridwan dan
tegar yang isak tangis karena pusing dan
dadanya yang sesak. Begituu sampai di depan pintu kelas semua langsung
membubarkan kerumunanya dan semua menuding ridwan dengan bergbagai pernyataan.
“ pak itu sakit , pak,,,, ridwan sampai tidak bisa sesak
dadanya “ ungkap evan .
“tidak og pak, itu
bohong,,, hanya alesan saja. Hanya alesan ingin pulang kerumah tegar trus
nonton tipi pak ? Ridwan sukanya bohong pak. Pinter sekali dia kalau berbohong”
tambah sadam.
Tapi isak tangis dari bocah dua itu tiidak henti . air mata
terus mengalir sambil memegnag kepala dan dadanya sambil menarik narik bajunya seperti orang
kesakitan sungguhan. Kudekati meja mereka berdua dan brondongan pertanyaan ku
lontarkan.
“ ridwan pulang ya? Katanya sakit?, yang sakit apanya”
sambil ku letakan tanganku di atas bahunya pertanyaan pertama ku sodorkan.
“ ini pak,dada saya ampek sekali,saya susah bernapas ini
pak,,” sambil terengeh-engeh ia menarik nafas dan sedikit membusungkan dadanya.
“tadi apa belum sarapan Ridwan?. “
“ Belum Pak? Saya tadi mau Sarapan tapi ibu saya belum
masak. Jadi saya tidak pernah sarapan hanya diberi uang saku Rp. 3000,00.
sekarang uangnya sudah habis buat jajan, sekarang perut saya sakit ,nafas
sesak.. “ dengan logat penuh rasa iba ia
meyakinkanku ..
Tapi akupun sembari tertawa dalam hati, aku tak percaya
karena sudah berkali-kali ia selalu berkata dusta tentang pekerjaan Rumahnya
yang absent, berantem dengan temanya di kelas atau bahkan pernah mengambil
pensil milik temanya hingga bermain diparkir dan menggembosi sepeda
teman-temanya. Berkali-kali Ridwan
selalu dirundung banyak kasus. Ia memang termasuk anak ADHD ( berkebutuhan
khusus) hingga guru Agamapun menyebutnya
dengan 90 % . tapi bagiku ia special dengan segala tingkahlakunya yang super
aneh, selalu menggucapkan “Ampun” bila ia aku sidang tentang banyak kasusnya.
“ampun pak,,,??ampun,,,, jangan antar saya pulang. Nanti saya dimarahi sama
orang tua saya, saya janji tidak akan jahil lagi. Ampun ya pak ..” sambil
menyatukan telapak tangan dan memohon seraya orang bersujud. Meskipun awalnya
ia duduk jika kunasehati selalu mengucapkan “Ampun “.
“kalau begitu, ayo kita ke
kantin “. Dengan ajakan mulusku
“tidak pak, kalau tidak sama tegar saya tidak mau, tegar
itu sahabat saya satu-satunya pak. Pokoknya tegar harus sama saya pak” kekuh ia
dengan pendirianya meskipun ku tentang,, kalau tidak bersama kawanya dia
menolak.
Akhirnya merekapun sepakat untuk berjalan ke kantin
sekolah. Setibanya,,,
“ Bu, soto panasnya dua dan teh angetnya satu ya?:
tuturku
Segeralah bu kantin
menyiapkan untuk muridku yang special ini. Sendok-demi sendok ia lahap nasi
soto dalam mangkok ukuran standar itu. Perlu menunggu waktu 10 menit untuk
menghabiskan . dan jejalan pertanyaanpun dimulai
“ bagaimana sudah
baikan ?”
“ sudah mendingan Pak “
“Masih pusing dan sesak napas?”
“tidak pak pusingya sudah hilang, adududu..duuuu sesak
napas saya kumat lagi pak “
Dalam hati ku ngakak BERAT,,. Padahal barusan
kulihat di baik-baik saja . tapi begitu ku jejali dengan berbagai pertanyan dia
sangat lihai dalam menjawabnya. Aku tahu kalau dia berbohong melakukan itu dengan bayak alasan . makan
gratis juga rencana besarnya agar bisa di diijinka pulang hanya untuk menonton
televisi di rumah tegar. Usut punya usut akhirnya terbongkar semua rencana
mereka berdua. Zaltan sadam adalah saksi,
“ pak, mereka berdua
menyusun rencana di dekat UKS untuk melakukan ini pak,tadi waktu aku liwat aku
mendengarnya pak. Ia akan berpura -pura sakit agar dapat ijin pulang untuk
nonton tipi pak”
“ bohong pak;;;bohong…aku sakit beneran!! “ sambil
menudingkan tangan kearah sadam ridwan berusaha mengelak.
“ tidak, pak ..saya tidak bohong , saya tadi
mendengar sendiri”.
“Sudah …sudah..sudah dam” aku berusaha melerai
tungkasan mereka.
Oke! Sekarang ridwan dan tegar keruangan saya. Semua siswa
mengerumuni ada yang berjubel di pintu sampai melorok lewat kaca-kaca jendela.
Diruang perpustakaan ku adili bagai hakim.
Selonjor pertanyaan ku lontarkan. Karena aku sudah mengerti benar kebiasaanya.
Sedikit dengan nada menekan agar mereka bisa berlaku jujur, selalu dengan
ucapan “Ampun pak,,, Ampun,,, please pak,,, ampun “
sambil
menyatukan kedua telapak tanganya dan duduk sendiko bagai abdi dalem keraton.
Padahal tidak sama sekali kupegang bagian awaknya. jika begitu aku selalu dibuat
ngakak Dia memang unik , menyenangkan , aneh dengan segala
permasalahanya yang mengandalkan jurus bohongnya. Tapi dibalik kebohonganya
ia selalu bersikap sopan jika berhadapan
dengan Guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar